AWAS!! Benci dengan GAY berpotensi jadi benar-benar CINTA gay!!

Berpotensi loh ya.. bukan pasti jadi gay.. :D Jadi bagi anda yang selama ini lantang menghina dan jijik dengan maho dan sebangsanya... Hati-hati aja gan, ada pepatah lama yang mengatakan "dari benci jadi cinta" hahaha. Nah, fakta yang terjadi di lapangan sepertinya mendukung pepatah lama tersebut.



Gay dan lesbian disebut juga dengan homoseksual, yaitu kecenderungan untuk memiliki orientasi seksual terhadap sesama jenis. Di berbagai belahan dunia, kaum homoseksual pernah mendapat respons buruk, dibenci dan dijauhi. Ada juga orang yang memiliki kebencian ataupun ketakutan berlebihan terhadap kaum homoseksual, namun ternyata mereka ini diam-diam adalah seorang homoseksual juga.

Sebuah kasus besar pernah terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2006. Ted Haggard, pastur dan evangelist ternama mengajarkan bahwa homoseksualitas adalah dosa. Namun ia kemudian harus menanggung malu karena terpergok memiliki skandal dengan seorang gigolo.

Tak hanya itu, seorang senator di Amerika Serikat yang menentang homoseksual bernama Larry Craig juga ditangkap karena tuduhan melakukan pencabulan terhadap pria. Glenn Murphy Jr, pemimpin Konvensi Nasional Partai Republik dan penentang pernikahan sesama jenis juga kemudian mengaku bersalah atas tuduhan melakukan penyerangan seksual terhadap pria.

Homofobia adalah ketakutan atau kebencian berlebihan terhadap kaum homoseksual. Sebuah artikel yang dimuat Journal of Personality and Social Psychology memberikan bukti bahwa homofobia dapat disebabkan dari orientasi sesama jenis yang ditekan dan disembunyikan rapat-rapat.

Dalam artikel tersebut, ada 6 penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Jerman dengan melibatkan 784 orang mahasiswa. Para peserta dinilai orientasi seksualnya pada skala 10 poin kemudian menjalani tes komputer untuk mengukur orientasi seksualnya secara implisit.

Dalam pengujian, para peserta diperlihatkan gambar dan kata-kata yang menunjukkan heteroseksualitas ataupun homoseksualitas dan diminta memisahkannya dalam kategori yang sesuai secepat mungkin. Waktu yang dihabiskan untuk memisahkan gambar dan kata-kata ini dicatat oleh komputer.

Dengan metode ini, peneliti mampu mengidentifikasi peserta yang mengaku sangat heteroseksual namun ternyata menunjukkan sedikit ketertarikan terhadap sesama jenis. Hasilnya, lebih dari 20 persen peserta yang mengaku heteroseksual ternyata menunjukkan ketertarikan sesama jenis.

Yang penting untuk dicatat, orang yang berpura-pura ini lebih mungkin mendukung kebijakan anti-gay dibandingkan peserta lain. Orang-orang ini bersedia memberikan hukuman keras kepada pelaku homoseksual dan mengekspresikan permusuhan yang lebih besar terhadap kaum gay.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa beberapa orang yang menentang homoseksualitas diam-diam memendam ketertarikan sesama jenis. Kami juga menemukan bahwa peserta yang mengaku memiliki orang tua yang mendukung dan menerima orientasi seksualnya kurang rentan terhadap homofobia," kata peneliti, Richard M. Ryan, profesor psikologi dan psikiatri University of Rochester seperti dilansir New York Times, Kamis (24/5/2012).

Menurut Richard, individu yang identitas seksualnya bertentangan dengan keinginannya ini banyak yang dibesarkan oleh orangtua yang sangat ketat, kurang menerima dan berprasangka buruk terhadap kaum homoseksual.

Namun Richard juga menegaskan bahwa tidak semua orang yang menentang gay dan lesbian diam-diam tertarik kepada sesama jenis. Tapi beberapa orang yang menentang homoseksualitas cenderung berjuang melawan dirinya sendiri karena penindasan dan kurangnya rasa diterima oleh keluarga.

Dalam ilmu psikologi, ada salah satu teori mengenai karakter homoseksual yang disembunyikan karena rasa malu atau takut dan kemudian berubah menjadi homofobia. Sigmund Freud, bapak psikologi, menyebutnya sebagai proses `pembentukan reaksi`.